SUMENEP, lensamadura.com – Kasus dugaan pemotongan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah di Universitas Bahaudin Mudhary (UNIBA) Madura pada tahun 2023 kini kembali mencuat.
Dugaan kasus ini melibatkan sejumlah oknum yang diduga memanfaatkan program bantuan pendidikan ini untuk keuntungan pribadi.
Perlu diketahui, program KIP di UNIBA Madura dibagi dalam dua skema. Skema 1 mencakup biaya pendidikan sebesar Rp 2.400.000 dan biaya hidup Rp 2.400.000 per semester, dengan total Rp 4.800.000.
Sedangkan skema 2 hanya mencakup biaya pendidikan sebesar Rp 2.400.000 per semester. “Pada saat pengajuan, si mahasiswa hanya diminta data diri berupa KK dan KTP sebagai syarat utama,” ungkap informan terpecaya media ini, Kamis, 9 Januari 2025.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan ketidaksesuaian dalam pencairan dana, terutama pada tahap pertama.
Salah satu mahasiswa mengungkapkan, bahwa pencairan tahap pertama untuk ribuan mahasiswa penerima KIP di UNIBA tidak diterima sama sekali. Hingga saat ini, tidak ada kejelasan mengenai ke mana dana tersebut mengalir.
Mahasiswa penerima skema 1 dan skema 2 tahun 2023 dilaporkan sempat tidak menerima dana KIP sama sekali pada pencairan tahap pertama di semester awal tahun itu.
Dana tersebut diduga digunakan oleh oknum yang mengatasnamakan diri sebagai perekomendasi atau “joki”.
Kepada media ini, seorang mahasiswa UNIBA, yang meminta namanya dirahasiakan, mengungkapkan bahwa dana KIP yang seharusnya diterima penuh oleh mahasiswa justru dipotong oleh sejumlah pihak.
“Masalah itu sudah viral dari tahun kemarin, hampir 70% penerima KIP tahun 2023 kemarin itu, bahkan untuk semester 1 tidak dicairkan. Informasinya, pencairan pertama full untuk oknum² di atas, seperti kating (kakak tingkat), ketum ormek, dosen dan lain-lain, yang merekomendasikan mahasiswa tersebut mendapatkan KIP,” ungkap dia, Kamis (9/1/2024).
“Pada pencairan pertama, full Rp 2.400.000 untuk skema 2 dan Rp 4.800.000 untuk skema 1, itu diambil entah oleh siapa, nggak paham, nggak ada turun ke bawah,” tambah mahasiswa tersebut.
Informan lain mengatakan, beberapa mahasiswa penerima KIP Skema 1, yang punya kedekatan emosional dengan si Joki, menerima full dana KIP biaya hidup sebesar Rp2,4 juta. Tetapi, ia tetap dimintai “komisi” oleh oknum ini setelah pencairan dana.
“Jadi ada beberapa yang ikut joki itu, tetapi karena dia kenalan si joki, maka dia dapet full, tidak dimintai uang komisi pengajuan. Jadi pada pencairan pertama mereka dapat. Cuman si joki itu ngomong, seikhlasnya saja,” katanya.
Ia menambahkan, dari total uang KIP yang diterima tersebut, ada mahasiswa yang menyerahkan uang hingga Rp 1 juta atau lebih kepada si oknum.
Praktik ini tidak hanya melibatkan mahasiswa senior atau ketua organisasi mahasiswa (Ormawa), tetapi juga diduga melibatkan beberapa dosen.
“Mereka menjanjikan bantuan kepada mahasiswa untuk mendapatkan KIP dengan syarat menyerahkan sebagian dana yang cair,” imbuhnya.
Merespons isu tersebut, Rektor UNIBA Madura, Rahmad Hidayat, memberikan klarifikasi melalui sebuah video yang sempat viral di TikTok.
“Jadi jujur saja ya, bahwa tidak satupun yang meminta kepada Anda dari UNIBA. Bismillahirrahmanirrahim, saya sebagai Rektor UNIBA Madura menyatakan, tidak pernah ada pemotongan KIP untuk mahasiswa UNIBA Madura,” dalih Rektor Rahmad Hidayat dalam klarifikasinya.
Ia menegaskan bahwa pihak kampus sama sekali tidak terlibat dalam pemotongan dana tersebut. “Kalau ada yang memotong, atau meminta kepada Anda, KIP yang didapatkan di rekening Anda, silakan laporkan kepada rektor. Saya yang akan lapor kepada polisi,” ujarnya.
Rahmad juga mengimbau agar mahasiswa tidak memberikan dana bantuan tersebut kepada oknum yang mengatasnamakan kampus.
“Silakan, itu adalah rezeki Anda, itu adalah garis tangan Anda. Anda boleh memberikannya kepada siapapun, tetapi jangan diberikan kepada oknum-oknum yang mengatasnamakan UNIBA Madura,” tutupnya. (dm/mr)