Catatan Fatayillah Alumni TMI Nyampe di Edinburgh Kuliah S3

Edinburgh – Ini sudah minggu kedua saya di Edinburgh. Pertama nyampe rasanya sangat antusias menjelajahi kota yang konon katanya paling indah di UK ini. Setelah melalui berbagai macam drama selama dalam perjalanan (mulai dari pesawat yang delay beberapa jam, administrasi yang ribet di Heathrow London sampai hampir ketinggalan pesawat berikutnya, hingga satu tas bagasi yang tertinggal di Heathrow), akhirnya bisa juga menghirup udara dingin UK.

Hari-hari pertama agak sulit beradaptasi terutama dengan cuaca winter yang terkadang mencapai angka minus. Suhu tubuh yang terbiasa dengan cuaca panas Semarang tiba-tiba harus bertarung dengan winter.

Untungnya, segala jenis outfit winter sudah dipersiapkan oleh istri dari Indonesia (thanks to her, a lovely wife), mulai dari jaket, kaos long john, syal, gloves, kupluk, dan lain-lain, termasuk tolak angin dan bahan-bahan herbal lain yang bisa menghangatkan tubuh sesuai dengan rekomendasi teman-teman di UK.

Baca Juga :  Contoh dan Cara Mencari Fiil Madhi Dalam Alquran

Tantangan lain yang tidak kalah berat adalah selera makanan. Walaupun banyak restoran siap saji yang tersedia di sini, hampir semua menunya tidak ada yang cocok dengan lidah kampung saya yang terbiasa makan nasi jagung dengan kuah daun kelor (baca; gangan, dalam Bahasa Madura). Ah, I missed them already.

Solusinya, saya masak sendiri. Bagi orang yang hampir tidak pernah/bisa memasak seperti saya juga adalah tantangan tersendiri. Untungnya, bahan-bahan untuk memasak terbilang cukup murah di sini. Selain itu, kualitas mereka juga sangat bagus; bersih, segar, dan tahan lama.

Untuk membiasakan diri dengan lingkungan di sini, setiap hari saya pergi ke perpus karena basically program saya memang tidak ada kelas formal. Meskipun begitu, sesuai saran dari supervisor saya mengambil tiga kelas sebagai auditor selain agar bisa menikmati rasanya masuk kelas juga agar bisa bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah pelajar dari berbagai penjuru dunia.

Baca Juga :  Dana Hibah Bansos Guru Honorer Belum Cair, Aktivis Laksamuda Audiensi ke Disdik Sumenep

Butuh waktu sekitar 20-30 menit perjalanan dari flat (baca; kontrakan) saya ke kampus dan biasanya saya menggunakan bus. Awalnya, saya mencoba berjalan tapi hanya bertahan dua hari karena cuaca yang tidak memungkinkan untuk berada di luar selama itu, hehe.

Mengenai kampus, hampir semua fasilitas di sini tersedia. The most worth mentioning is that setiap mahasiswa PhD di sini (setidaknya di fakultas saya) mendapatkan ruangan dengan meja khusus untuk belajar. Ruangannya nyaman, lengkap, dan sunyi, cocok untuk belajar, menulis dan berkarya.

Baca Juga :  Tips Memilih Universitas atau Kampus setelah Lulus SMA dan SMK

Jika tidak sedang membutuhkan banyak referensi, biasanya saya menghabiskan waktu seharian di sana, alih-alih di perpus yang terkadang harus berebut tempat dengan mahasiswa-mahasiswa lain.

Dalam waktu dekat, saya dan beberapa teman awardee yang lain berencana akan me-launching satu event untuk berbagi pengalaman kami dalam mencari beasiswa dan mendapatkan kesempatan studi di luar.

Program ini totally free karena dirancang atas dasar rasa syukur kami atas apa yang sudah kami dapatkan. Harapannya, semua pelajar yang memiliki mimpi yang sama seperti kami juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk bisa melanjutkan studi di kampus yang diinginkan. Di luar itu, jika anda punya pertanyaan seputar beasiswa dan studi lanjut, feel free to contact me. (**)

Dapatkan Berita Terupdate dari Lensa Madura di: