Soal Dugaan Bos Konter HP di Sumenep Lecehkan Karyawan, Mulanya Cuma Ngetes Loyalitas, Akhirnya Disikat

SUMENEP, LensaMadura.com – Dugaan kasus pelecehan seksual yang menyeret pemilik konter HP di Sumenep makin mengemuka. Isu ini terus memanas setelah sejumlah kesaksian mulai mencuat ke publik.
Sebelumnya, salah satu korban, sebut saja Dahlia (nama samaran) telah lebih dahulu menyampaikan kesaksiannya mengenai perilaku tidak pantas yang diduga dilakukan oleh atasannya.
Dalam sebuah rekaman, Dahlia mengungkapkan bahwa dirinya mendapat perlakuan tak pantas dari sang atasan, yakni Sugiono (nama samaran).
“Saya tidak menyangka orang yang selama ini saya anggap sabar dan religius ternyata seperti itu,” ujar Dahlia dalam rekaman yang beredar terbatas dikutip LensaMadura.com pada Sabtu, 2 Agustus 2025
Menurut Dahlia, Sugiono sempat berdalih bahwa perlakuannya hanya untuk “ngetes” loyalitas. Namun, seiring waktu, tindakan yang awalnya dianggap coba-coba itu berubah menjadi pola ajakan ke hotel yang menjurus pada pelecehan.
Tak hanya Dahlia, kini seorang pegawai aktif berinisial N turut memberikan keterangan yang menguatkan dugaan tersebut. Ia mengungkap bahwa tindakan serupa telah berlangsung dalam pola yang berulang dan melibatkan lebih dari satu orang karyawan.
Dalam sebuah rekaman pengakuan, N yang disebut sebagai orang kepercayaan Sugiono, turut membongkar sisi gelap bosnya.
Dalam rekaman itu, N mengungkap bahwa Sugiono sering bercerita soal masa lalunya yang kerap digoda perempuan, dan tidak segan menawarkan uang kepada pegawai untuk tujuan pribadi.
“Dia pernah bilang, Dahlia sempat ditawari uang Rp1 juta. Awalnya menolak, tapi akhirnya mau juga, katanya. Dia (Sugiono) bilang ini hanya cerita ke saya karena saya dekat dengan dia,” ujar N dalam kesaksian yang juga terekam.
Tak hanya Dahlia, Sugiono juga disebut pernah mencoba mendekati pegawai lain berinisial T. Menurut N, Sugiono mengajak T ke luar kantor dengan alasan survei usaha, namun di tengah perjalanan, suasana berubah tidak profesional.
“Aku gak ngerti kenapa anak-anak toko malah cerita ke aku semua. Katanya T juga pernah diajak ke hotel. Ini bikin aku bingung karena aku harus jaga rahasia mereka, tapi juga ingin mereka aman,” kata N.
N mengaku belum pernah menjadi korban langsung, namun Sugiono pernah mengisyaratkan bahwa ia tak berani mengajak N karena “auranya berbeda.”
“Katanya dia gak berani ngajak saya karena katanya dari wajah dan bicara saya sudah kelihatan beda,” Tutur N.
N juga mengaku, Sugiono selalu meminta agar Dahlia tidak ditekan atau diperlakukan keras karena khawatir akan membuka semua aib ke keluarganya.
Sugiono disebut menyalahkan Dahlia karena dianggap telah memberikan respons positif atas ajakan awal yang disebutnya sebagai “cuma ngetes” belaka.
“Dia bilang Melati salah karena mau. Awalnya cuma ngetes, tapi karena dia mau, akhirnya diteruskan,” ungkap N.
Sementara itu, kasus ini langsung memantik reaksi keras dari kalangan aktivis. Siti Nurhasanah, seorang aktivis perlindungan perempuan di Madura, menyerukan tindakan tegas dari aparat.
“Ini bukan lagi isu pribadi, ini kejahatan seksual di dunia kerja yang dibungkus dengan fasilitas dan kekuasaan. Jangan tunggu viral baru bergerak,” ujarnya.
Ia juga mengimbau agar para korban lain berani bersuara demi memutus rantai kekerasan seksual di tempat kerja informal yang selama ini nyaris tanpa pengawasan.
Di sisi lain, tokoh masyarakat setempat menilai skandal ini sebagai tamparan telak bagi sektor kerja informal yang selama ini minim regulasi perlindungan tenaga kerja, terutama perempuan.
“Jangan anggap remeh kasus seperti ini. Harus ada efek jera. Kalau dibiarkan, praktik serupa akan menjalar ke tempat lain,” kata salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Pihak kepolisian diharapkan segera menyelidiki dugaan ini secara menyeluruh dan memberikan perlindungan hukum bagi korban serta saksi yang telah berani bersuara.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi dari pihak terduga pelaku, Sugiono (nama samaran). Upaya konfirmasi yang dilakukan redaksi pun belum membuahkan hasil, karena terkendala akses komunikasi. (*)