BeritaDiscover

Soal Insiden Tembok Roboh di Karapan Sapi, MPR Madura Raya Tuding Aparat dan Panitia Lalai

103
×

Soal Insiden Tembok Roboh di Karapan Sapi, MPR Madura Raya Tuding Aparat dan Panitia Lalai

Sebarkan artikel ini
PERISTIWA: Lanskap tembok roboh dan ilustrasi karapan sapi. LENSAMADURA/Open AI

SUMENEP, LensaMadura.com – Tragedi dalam perhelatan Karapan Sapi “Pakar Sakera” di Lapangan Giling, Sumenep, menyisakan duka sekaligus amarah publik.

Robohnya pagar pembatas yang menewaskan satu orang penonton dan melukai tiga lainnya memicu gelombang kritik terhadap panitia dan aparat keamanan yang dinilai lalai.

Salah satu atensi datang dari Ketua Majelis Pemuda Revolusi (MPR) Madura Raya, M. Darol. Ia menilai insiden yang terjadi pada Minggu, 22 Juni 2025 itu merupakan kegagalan menyeluruh dalam manajemen acara, khususnya dalam aspek pengamanan dan antisipasi risiko.

“Ini bukan semata-mata musibah biasa. Ini adalah kegagalan sistemik dalam menjamin keselamatan publik. Aparat keamanan, termasuk kepolisian, harusnya sudah mengantisipasi potensi kerawanan, apalagi pagar tersebut sudah diketahui dalam kondisi miring,” kata Darol dikutip pada Senin, 23 Juni 2025.

Daro juga menyayangkan sikap reaktif aparat yang hanya fokus pada evakuasi pascakejadian tanpa adanya langkah preventif sebelum tragedi terjadi. Ia mempertanyakan peran Polres Sumenep dalam aspek manajemen risiko selama acara.

“Kenapa dibiarkan ada penonton naik ke atas pagar? Di mana fungsi pengawasan saat massa mulai tidak terkendali? Harusnya ada perimeter pengamanan dan pemantauan intensif, apalagi ini acara resmi tingkat kabupaten,” tegasnya.

Tak hanya mengkritik aparat keamanan, Darol juga menuding panitia pelaksana dan Pemkab Sumenep tidak cermat dalam menilai kelayakan infrastruktur pendukung acara.

Ia menyebut pagar pembatas sepanjang 25 meter yang ambruk itu merupakan struktur lama yang sudah tampak rapuh dan tidak layak digunakan dalam acara besar.

“Jika pagar tersebut memang sudah miring dan tak stabil, mengapa tetap digunakan? Tidak ada upaya penguatan atau pembatasan akses di sekitarnya. Ini jelas bentuk kelalaian, dan nyawa orang tak bisa dianggap remeh,” katanya.

Darol menegaskan bahwa kejadian ini tidak boleh dianggap sebagai insiden tunggal yang selesai dengan evakuasi semata. Pihaknya mendesak adanya investigasi menyeluruh yang mencakup audit teknis bangunan serta evaluasi menyeluruh terhadap standar operasional pengamanan dalam kegiatan publik di Sumenep.

“Tragedi ini harus menjadi pelajaran besar, bukan justru diabaikan. Jangan sampai kematian warga dalam acara budaya menjadi hal yang lumrah hanya karena lemahnya tanggung jawab penyelenggara dan aparat,” pungkasnya.

Sementara itu, pihak Polres Sumenep menyatakan bahwa proses evakuasi korban telah dilakukan dengan cepat dan situasi di lokasi lomba telah diamankan.

Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi mengenai investigasi lanjutan ataupun evaluasi internal atas robohnya pagar pembatas di sisi timur lapangan, yang diketahui berbatasan langsung dengan Masjid Al-Muhajirin, Desa Pangarangan.

Pihak kepolisian juga belum memberikan tanggapan terhadap kritik yang dilayangkan oleh MPR Madura Raya, khususnya mengenai dugaan kelalaian dalam pengamanan acara dan minimnya langkah preventif yang seharusnya diterapkan sejak awal. (*)