SUMENEP, lensamadura.com – Kasus dugaan sunat dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) di Universitas Bahauddin Mudhary (UNIBA) Madura terus bergulir. Pihak rektorat akhirnya angkat bicara.
Wakil Rektor I UNIBA Madura, Budi Suswanto, dengan tegas membantah adanya praktik pemotongan dana KIP di lembaganya.
“Tidak ada KIP itu pemotongan atau bahkan intervensi memberikan level si A dan si B, nggak ada,” kata Budi Suswanto, Jumat, 10 Januari 2025.
Menurut Budi, seluruh dana biaya hidup dari KIP langsung masuk ke rekening masing-masing mahasiswa tanpa melalui pihak kampus.
“Waktu itu bahkan Pak Rektor jalan dan tanya satu-satu siapa yang menerima atau yang meminta. Semua mahasiswa dihadirkan, ditanya, dan hasilnya semua bungkam. Nggak ada,” tegasnya.
Ia juga mempertanyakan logika dugaan pemotongan dana tersebut. “Piye to temen-temen mintaknya, bisakah pihak kampus minta, saya misalkan Warek 1 minta, aku juga bingung caranya gimana? Proses permintaan itu gimana? Saya malah juga kepengen tahu kalau itu memang ada pemotongan,” tukasnya.
Budi menjelaskan, jika ada bukti konkret, pihak kampus siap menyerahkan kasus ini ke aparat penegak hukum.
“Kalau memang ada dan terbukti, kami sendiri yang akan menyerahkan ke pihak berwajib,” katanya.
Rektor UNIBA Madura, Rahmad Hidayat, juga memberikan klarifikasi serupa. Ia memastikan bahwa semua dana KIP langsung dicairkan pemerintah ke rekening mahasiswa.
“Semua pencairan dari pemerintah langsung ke rekening mahasiswa, tidak ada yang melalui kami,” jelasnya.
Rahmad juga menjelaskan, mahasiswa penerima KIP Skema 1 menggunakan rekening BRILink yang disediakan oleh Dikti.
“Sementara untuk Skema 2, hanya UKT saja, itu langsung masuk ke rekening UNIBA,” ujarnya.
Program KIP di UNIBA Madura
Sebagaimana diberitakan, program KIP di UNIBA terbagi dalam dua skema. Skema 1 mencakup biaya pendidikan sebesar Rp2.400.000 dan biaya hidup Rp2.400.000 per semester, dengan total Rp4.800.000. Sementara itu, Skema 2 hanya mencakup biaya pendidikan sebesar Rp2.400.000 per semester.
Pada tahun 2023, terdapat laporan bahwa mahasiswa penerima KIP, baik Skema 1 maupun Skema 2, sempat tidak menerima dana pada pencairan tahap pertama. Dana tersebut diduga mengalir ke sejumlah pihak yang mengaku sebagai perekomendasi atau “joki.”
“Masalah itu sudah viral dari tahun kemarin, hampir 70% penerima KIP tahun 2023 kemarin itu, bahkan untuk semester 1 tidak dicairkan. Informasinya, pencairan pertama full untuk oknum² di atas, seperti kating (kakak tingkat), ketum ormek, dosen dan lain-lain, yang merekomendasikan mahasiswa tersebut mendapatkan KIP,” ungkap seorang mahasiswa UNIBA yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Beberapa mahasiswa bahkan mengungkapkan bahwa dana mereka dipotong dengan dalih “seikhlasnya” oleh oknum joki setelah pencairan dana.
“Dari total uang KIP yang diterima, ada mahasiswa yang menyerahkan uang hingga Rp1 juta atau lebih kepada si oknum,” tambahnya.
Perlu diketahui, jumlah mahasiswa penerima KIP di UNIBA Madura mengalami kemerosotan cukup tajam.
“Jumlah penerima KIP Skema 1 dan 2 pada tahun 2023 mencapai 399 mahasiswa, sedangkan tahun 2024 tercatat ada 181 mahasiswa,” kata Rahmad. (dm/mr)