Puisi

Puisi Uni Firdausiyah: Surga Kecil Indonesia yang Tak Lagi Perawan, Doa yang Jauh, Narasi Agustus

138
×

Puisi Uni Firdausiyah: Surga Kecil Indonesia yang Tak Lagi Perawan, Doa yang Jauh, Narasi Agustus

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI: Membaca alam. LENSAMADURA/Redaksi

Berikut kami terbitkan tiga puisi karya Uni Firdausiyah. Masing-masing berjudul Surga Kecil Indonesia yang Tak Lagi Perawan, Doa yang Jauh, Narasi Agustus. Selamat membaca.

SURGA KECIL INDONESIA YANG TAK LAGI PERAWAN

sepotong surga menjerit terluka
keperawanan diambil paksa dari dadanya
di kejauhan, anak anak tanggung berkulit hitam menatap rapuh
menyaksikan bagaimana surganya yang tak terjamah
kini menjadi begitu berdebu

di udara yang rendah
suara burung-burung kecil terdengar begitu asing
hampir seperti jeritan kehilangan
seakan paham, seolah mengerti
yang tengah mereka saksikan rubuh
yang diporakporandakan adalah rumah mereka
sarang yang dirakit tidak hanya dengan kulit kayu dan jerami tetapi juga janji

di tempat lain
serangga-serangga malam mulai mengecilkan suara
suatu hari mungkin akan hilang sempurna
lantaran tenggelam akan bunyi mesin asing yang lebih nyaring dari jerit ketakutan
pula lebih kacau dari teriak keputusasaan

kini
banyak pohon dan tanaman kebingungan
hewan-hewan juga kelimpungan
dipaksa pergi dari rumah sendiri
terusir dari dada yang telah begitu lama mereka tinggali

lantas
ke dada siapa mereka akan diungsikan?

Sumenep, 11 Juni 2025

doa yang jauh

bu
tanganmu yang kasar bekas kerja keras
lepas dari menggenggam tanganku
hatiku kau bawa pulang
sedangkan ragaku kau tinggal
berbekal doa dan air matamu
setiap hari kenyang oleh rindu

pak
akankah bisa kutepati janji
tentang masa depan yang lebih rindang dari kebun pisang kita
upahnya yang tak seberapa itu
kau belikan sayap
agar aku bisa membawa doamu
doa ibu
dan doa kita ke langit-langit Tuhan

pak, bu
di kota asing ini, doamu jauh
namun sampai dengan damai di dadaku

narasi agustus
:rahmaniya

matamu purnama di pertengahan Agustus ini
aksara jatuh dari ketinggian langit yang kemudian kupungut dan kusimpan jadi puisi

satu kata telah menjadi sungai kecil di matamu
aih!
itu bukan air mata
melainkan jejak jalanmu
yang kau lalui dengan perahu doa
untuk menyaksikan hiruk-pikuk dunia yang katanya indah
lalu,
maukah kau menetap?
dan kita rayakan miladmu bersama hari yang hampir punah

pada pertengahan antara pagi dan malam
dua batang lilin berbentuk angka satu dan enam
telah tinggal sumbu dan kenangan
asapnya membawa doamu ke langit-langit kamar
semoga sampai di langit tuhan

29 Agustus 2022


Uni Firdausiyah, lahir di pulau Giliiyang, 18 Desember 2005. Alumni Sanggar Sareang Miftahul Ulum. Pernah aktif di Sanggar Kencana MA Nasy’atul Muta’allimin. Saat ini aktif di Sanggar Korek Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, dan bergiat di LPM Esensi STIT Aqidah Usymuni Sumenep.