Berikut kami terbitkan tiga puisi karya Uni Firdausiyah. Masing-masing berjudul Surga Kecil Indonesia yang Tak Lagi Perawan, Doa yang Jauh, Narasi Agustus. Selamat membaca.
SURGA KECIL INDONESIA YANG TAK LAGI PERAWAN
sepotong surga menjerit terluka
keperawanan diambil paksa dari dadanya
di kejauhan, anak anak tanggung berkulit hitam menatap rapuh
menyaksikan bagaimana surganya yang tak terjamah
kini menjadi begitu berdebu
di udara yang rendah
suara burung-burung kecil terdengar begitu asing
hampir seperti jeritan kehilangan
seakan paham, seolah mengerti
yang tengah mereka saksikan rubuh
yang diporakporandakan adalah rumah mereka
sarang yang dirakit tidak hanya dengan kulit kayu dan jerami tetapi juga janji
di tempat lain
serangga-serangga malam mulai mengecilkan suara
suatu hari mungkin akan hilang sempurna
lantaran tenggelam akan bunyi mesin asing yang lebih nyaring dari jerit ketakutan
pula lebih kacau dari teriak keputusasaan
kini
banyak pohon dan tanaman kebingungan
hewan-hewan juga kelimpungan
dipaksa pergi dari rumah sendiri
terusir dari dada yang telah begitu lama mereka tinggali
lantas
ke dada siapa mereka akan diungsikan?
Sumenep, 11 Juni 2025
doa yang jauh
bu
tanganmu yang kasar bekas kerja keras
lepas dari menggenggam tanganku
hatiku kau bawa pulang
sedangkan ragaku kau tinggal
berbekal doa dan air matamu
setiap hari kenyang oleh rindu
pak
akankah bisa kutepati janji
tentang masa depan yang lebih rindang dari kebun pisang kita
upahnya yang tak seberapa itu
kau belikan sayap
agar aku bisa membawa doamu
doa ibu
dan doa kita ke langit-langit Tuhan
pak, bu
di kota asing ini, doamu jauh
namun sampai dengan damai di dadaku
narasi agustus
:rahmaniya
matamu purnama di pertengahan Agustus ini
aksara jatuh dari ketinggian langit yang kemudian kupungut dan kusimpan jadi puisi
satu kata telah menjadi sungai kecil di matamu
aih!
itu bukan air mata
melainkan jejak jalanmu
yang kau lalui dengan perahu doa
untuk menyaksikan hiruk-pikuk dunia yang katanya indah
lalu,
maukah kau menetap?
dan kita rayakan miladmu bersama hari yang hampir punah
pada pertengahan antara pagi dan malam
dua batang lilin berbentuk angka satu dan enam
telah tinggal sumbu dan kenangan
asapnya membawa doamu ke langit-langit kamar
semoga sampai di langit tuhan
29 Agustus 2022
Uni Firdausiyah, lahir di pulau Giliiyang, 18 Desember 2005. Alumni Sanggar Sareang Miftahul Ulum. Pernah aktif di Sanggar Kencana MA Nasy’atul Muta’allimin. Saat ini aktif di Sanggar Korek Pondok Pesantren Aqidah Usymuni, dan bergiat di LPM Esensi STIT Aqidah Usymuni Sumenep.