SUMENEP, lensamadura.com – Petani bawang merah di Kabupaten Sumenep mulai merasakan manfaat penggunaan teknologi jaringan irigasi curah (Sprinkler Irrigation).
Sebagaimana yang dialami Masrito, Ketua kelompok Tani Sumber Telas, Desa Bunbarat, Rubaru. Ia membenarkan adanya penerapan Sprinkler Irrigation dilahan miliknya.
Ia merasa bangga atas keberhasilan panen bawang merah varietas Rubaru dengan menggunakan sprinkler Irrigation. Sehingga menghasilkan produktivitas ubinan 11,35 ton per-hektar umbi kering untuk modal tanam bibit 2,5 kwintal dan luas areal tanam 0,3 hektar dikonvensikan hasil panen ditemukan hasil 3,4 ton umbi kering.
“Memanfaatkan teknologi irigasi sprinkler ini dapat dipakai untuk efisiensi pada waktu pengairan. Penggunaan teknologi tersebut dapat mengurangi tenaga dan waktu penyiraman. Sedangkan waktu lainnya bisa digunakan untuk hal yang lain,” kata Masrito, Kamis, 14 September 2023.
Pada penggunaan sprinkler, petani dapat mengatur kebutuhan air pada tanaman bawang merah. Sehingga, saat melakukan pengairan tidak membuang-buang banyak air serta bisa mengatur sesuai kebutuhan.
Jadi, tidak perlu lagi melakukan penyiraman secara tradisional yang melibatkan banyak tenaga, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk para tenaga kerja.
“Sebenarnya cara ini baru saya coba, dan alhamdulillah sekarang sudah saya rasakan manfaatnya. Sehingga dengan segala keunggulan tersebut, bisa memberikan pengalaman kepada petani agar bisa mulai ikut mengembangkan sistem irigasi menggunakan sprinkler supaya lebih menghemat biaya dan tenaga,” jelas Masrito.
Meskipun, pada awalnya petani harus menambah modal usaha untuk membeli peralatan irigasi sprinkler berupa pipa dan nozzle, akan tetapi peralatan tersebut dapat digunakan untuk budidaya selanjutnya. Serta diharapkan melalui metode tersebut hasil panen budidaya bawang merah di kabupaten Sumenep dapat lebih baik lagi dan mampu mendukung ketahanan pangan di Sumenep.
“Terimakasih kepada Kementerian Pertanian, Bapak Bupati Sumenep dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) yang telah memberikan bantuan berupa bibit, pupuk dan pestisida di kelompok tani Sumber Telas,” ujarnya.
Koordinator Penyuluh Kecamatan Rubaru Syaiful Hidayat ikut sumringah dengan hasil panen bawang merah varietas Rubaru di desa Bunbarat tersebut.
“Alhamdulillah hari ini juga ada panen di desa Duko dan Tambaksari, serta kemarin di desa Matanair dan Mandala hasilnya juga bagus. Lagi-lagi ini karena ketepatan musim dan juga kondisi bibit yang istimewa sekaligus perawatan yang dilakukan petani maksimal,” kata Syaiful.
Untuk di desa Bun barat sendiri hasilnya bagus, dibuktikan dengan hasil ubinan tadi seluas 2,5 x 2,5 meter, ditemukan rata-rata jumlah rumpun 112 pohon dengan jumlah rata-rata anakan 9 (sembilan). Apabila dikonversikan ke hektare maka ditemukan hasil 18,9 ton per-hektare umbi basah.
“Alhamdulillah Mas, hal itu Berdasarkan hasil ubinan 2,5 m x 2,5 m > Hasil rata2 ubinan 11,82 Kg umbi basah dengan rata-rata jumlah rumpun 112 dan rata-rata jumlah anakan 9 (sembilan), perkiraan provitas umbi kering dengan konversi berat bersih panen susut 40 persen = 11,82 Kg x 1600 x 0,6 = 11,35 Ton/Ha umbi kering dan perkiraan produksi 11,35 Ton/Ha x 0,3 Ha = 3,4 Ton,” katanya.
Ia menambahkan, bahwa untuk perkiraan keuntungan nantinya saat dijual hasil panennya berkisar 3,4 ton dikalikan perkiraan harga saat ini 13.000/Kg di pengepul hasilnya 44.200.000 juta.
“Sementara perkiraan keuntungan sebesar 30 huta,” tandasnya. (ni/red)