Langkah Pemerintah Dinilai Nihil, Warga Sumenep Sebut Wabah Sapi Mati Makin Parah

Salah satu foto sapi roboh yang dikirimkan Warga Tanunggul, Montorna, Pasongsongan, Sumenep. LENSAMADURA/Istimewa

SUMENEP, lensamadura.com – Wabah sapi mati diduga disebabkan oleh penyakit Bovine Ephemeral Fever atau BEF yang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Sumenep, khususnya di Kecamatan Pasongsongan, semakin mengkhawatirkan.

Meskipun pemerintah telah melakukan sejumlah langkah, seperti observasi dan pemberian arahan pencegahan, warga merasa langkah yang diambil tidak cukup efektif. Mereka menilai wabah ini semakin parah dan membutuhkan tindakan yang lebih konkret.

Baihaki, salah satu warga Dusun Tanunggul, Desa Montorna, Kecamatan Pasongsongan, mengungkapkan bahwa wabah sapi yang terjadi di wilayahnya telah memakan korban yang cukup banyak.

“Selama kejadian sudah banyak yang menjadi korban dari wabah ini. Bahkan karena takut mati, sekarang banyak warga yang menjual sapinya dengan harga murah. Punya orang tua saya sendiri anak sapi dengan ibu sapi dijual dengan harga Rp8 juta. Seandainya tidak ada wabah ini, harga normalnya anak sapi mencapai Rp8 juta,” kata Baihaki, Minggu, 5 Januari 2024.

Baihaki menambahkan bahwa wabah ini sudah menyebar di beberapa dusun di Desa Montorna. Di Dusun Tanunggul sendiri wabah ini sudah terjadi 5 hari ini. Sementara di dusun yang lain sudah sampai 2 mingguan, seperti Dusun Komes, Dusun Berkongan, dan Dusun Delima.

“Wabah sudah menyebar sangat luas, bukan cuma satu dusun. Hari ini saja, di daerah Tanunggul sudah 4 sapi yang mati,” ujarnya.

Meskipun pihak pemerintah, melalui dinas terkait dan kecamatan sudah melakukan observasi, Baihaki merasa langkah tersebut belum cukup.

Baca Juga :  Raker PWI Sumenep Bahas Isu Strategis Terkait Peningkatan Ekonomi Daerah

“Kemarin sudah ada dari pihak pemerintah, DKPP Sumenep, pihak kecamatan, untuk melakukan observasi ke lokasi yang terdampak wabah ini. Sejauh ini yang saya tahu cuma satu kali pihak pemerintah melakukan observasi. Mereka hanya memberikan arahan pencegahan. Arahan tersebut berupa diperintahkan memberikan bahan-bahan alami seperti kunyit,” jelasnya.

Ciri-ciri sapi yang terjangkit wabah, menurut Baihaki, adalah mati mendadak tanpa gejala yang jelas sebelumnya. Sapi-sapi tiba-tiba mati, dan ada yang sakit atau deman sebelumnya.

“Dari jarak sakit hanya semalam kemudian mati. Di tetangga saya sudah sapi yang dijual takut mati mendadak,” terangnya.

Baihaki pun berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan yang lebih serius dengan memberikan pengobatan atau langkah-langkah konkret agar sapi yang sakit bisa sembuh.

“Harapan dari masyarakat, pemerintah segera lakukan pengobatan atau langkah-langkah bagaimana sapi yang sakit terkena wabah ini bisa teratasi,” harapnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Abdul Aziz, warga Dusun Tanggulun, Desa Montorna. Ia membenarkan bahwa wabah sapi mati mendadak masih terus berlangsung di wilayahnya.

“Benar. Sampai saat ini masih banyak sapi warga mati di daerah kami,” kata Abdul Aziz.

Kasus ini, menurut Aziz, sudah terjadi sejak sebulan terakhir mulai akhir 2024, dan semakin parah seiring berjalannya waktu.

“Setiap hari mencapai dua sampai tiga sapi yang mati. Sampai saat ini berjumlah kurang lebih 36 lebih sapi yang mati,” sebutnya.

Baca Juga :  RSUD Sumenep Alokasikan DBHCHT untuk Tingkatkan Fasilitas Kesehatan

Aziz juga menegaskan bahwa gejala yang terjadi sebelum sapi-sapi itu mati cukup mendadak. “Tidak ada gejala yang jelas sebelum sapi-sapi tersebut mati. Namun, sebagian besar sapi tiba-tiba roboh dan langsung mati. Ada juga yang demam tidak sampai semalam, besoknya mati,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Desa Montorna, Moh Huri, menyebutkan bahwa pihaknya sudah menawarkan vaksinasi kepada warga yang terdampak, namun banyak yang menolak.

“Sudah kami tawarkan agar divaksin. Tapi banyak warga yang nggak mau. Kejadian ini mereka anggap sebagai musibah saja,” kata Moh Huri kepada Lensa Madura.

Ia juga menambahkan bahwa wabah ini sudah melanda sejumlah dusun di desanya. Yang paling parah, kata dia, di Dusun Komes dan Delima.

“Bahkan, yang terbaru wabah ini sudah melanda Dusun Tanunggul juga. Upaya vaksinasi kami tawarkan, tapi warga takut, dan menganggap vaksin itu berbahaya,” tambahnya lagi.

Di sisi lain, wabah sapi ini juga telah menyebar ke daerah Kepulauan Raas, tepatnya di Desa Karangnangka dan Karopoh. Salah satu warga Karangnangka, Aril Abdur Rahman, mengungkapkan bahwa gejala yang dialami sapi-sapinya sangat mirip dengan yang terjadi di Desa Montorna.

“Gejalanya itu nggak kita ketahui, tiba-tiba kejang, roboh dan langsung mati,” kata Aril.

Aril juga mengingatkan bahwa kasus serupa pernah terjadi pada hewan ternak jenis kambing tahun lalu, yang juga mengalami kejang dan mati mendadak.

Baca Juga :  Tokoh Ulama di Sumenep Dukung Pencabutan PPKM

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Chainur Rasyid, mengonfirmasi bahwa sudah ada upaya yang dilakukan untuk menangani wabah sapi ini.

“Kami sudah siaga melakukan penindakan berupa pencegahan, dan sosialisasi,” kata Chainur Rasyid.

Kadis yang akrab disapa Inong itu menyebutkan, jumlah sapi yang terjangkit wabah di Kabupaten Sumenep sudah mencapai ratusan ekor, tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Pasongsongan, Manding, Batuputih, dan Rubaru.

Menurut Inong, wabah sapi ini terjadi karena musim pancaroba yang menyebabkan virus dan penyakit mudah menyerang ternak.

“Fenomena ini memang biasa terjadi saat musim pancaroba. Dimana selalu ada virus dan penyakit yang hinggap pada sapi,” ujarnya.

Ia berharap agar masyarakat tidak panik dan segera melapor jika sapi mereka terjangkit wabah. Namun, Inong mengakui bahwa pengobatan dan penanganan masih terbatas.

“Untuk pengobatan, sudah kami lakukan suntik vaksin. Itu pengobatan gratis. Kami juga sudah siaga petugas inseminator di setiap kecamatan. Tapi maaf terbatas, hanya ada 26 orang petugas inseminator yang kami miliki,” tutupnya.

Meski demikian, warga merasa langkah pemerintah belum cukup efektif untuk menanggulangi wabah ini. Banyak peternak yang merasa kebingungannya tak mendapat solusi yang memadai.

Mereka berharap pemerintah dapat segera mengambil tindakan yang lebih serius untuk mencegah penyebaran wabah yang semakin meluas. (mr)

Dapatkan Berita Terupdate dari Lensa Madura di: