SEMARANG, lensamadura.com – Poltekkes Kemenkes Semarang Jurusan Analisis Kesehatan melaksanakan pengabdian masyarakat yang diwujudkan dalam kegiatan pelatihan deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kelurahan Penggaron Kidul, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Rabu, 4 September 2024.
Ketua Pengabdi, Eko Naning Sofyanita mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan sebagai pengendalian penyakit tidak menular (PTM).
“Deteksi dini melalui SADARI dapat membantu mengidentifikasi perubahan pada payudara yang mungkin merupakan tanda awal kanker,” kata Eko Naning Sofyanita dalam rilis.
Ia menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita dalam melakukan SADARI sebagai salah satu upaya deteksi dini kanker payudara.
“Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di Indonesia, bahkan kanker payudara merupakan penyakit yang ditakuti oleh kaum wanita,” imbuhnya.
Penyakit ini, kata dia, akan sulit disembuhkan jika ditemukan pada stadium lanjut.
“Namun dengan deteksi dini akan membantu para wanita mengetahui jika terdapat kelainan pada payudaranya sendiri,” jelasnya.
Dia melanjutkan, metode yang digunakan adalah penyuluhan dan pelatihan praktik SADARI. Peserta pelatihan adalah wanita usia produktif yang berdomisili di wilayah Pedurungan sebanyak 40 orang.
“Hasil dari kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam melakukan SADARI yang diukur melalui pre test dan post test,” ujarnya.
Dikatakan, sebelum pelatihan hanya 5% peserta yang memahami cara SADARI yang benar. Setelah pelatihan, angka tersebut meningkat menjadi 97,5%.
“Kesimpulan dari kegiatan ini adalah pelatihan SADARI efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan wanita di wilayah Kecamatan Pedurungan,” tambahnya.
Eko Naning Sofyanita memaparkan, pelaksanaan deteksi dini kanker payudara menyasar ibu-ibu PKK Pedurungan.
“Karena ibu-ibu PKK tergolong wanita usia subur yang memiliki potensi lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. Dimana sang ibu sendirilah yang akan mampu mendeteksi kelainan pada payudaranya,” pungkasnya. (*/red)