SUMENEP, LensaMadura.com – Pendewasaan sejati tidak lahir dari kenyamanan, melainkan dari keberanian menghadapi ketidakpastian dan ketulusan dalam menjalani proses kehidupan.
Demikian pesan reflektif yang diunggah oleh jurnalis M. Faizi melalui WhatsApp. Hal ini menjadi bahan renungan banyak kalangan, khususnya generasi muda yang tengah menghadapi berbagai tantangan hidup.
Dalam kutipan yang beredar luas tersebut, pendewasaan digambarkan sebagai hasil dari keputusan sulit, ketabahan menjalani hal-hal pahit, serta kerendahan hati untuk terus belajar.
“Ia tumbuh dari keberanian, bukan dari kenyamanan,” tulis salah satu bagian unggahan yang diiringi latar belakang buku terbuka.
Sejumlah warganet menilai pesan ini relevan dengan kondisi saat ini, di mana ketidakpastian sering kali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bukan hanya persoalan karier dan pendidikan, tetapi juga relasi, kesehatan mental, hingga identitas diri.
“Dan pada akhirnya, kita menyadari: bukan tentang seberapa mulus jalan hidup yang kita lalui, tetapi seberapa tulus kita menjalaninya dan seberapa dalam kita memaknai setiap prosesnya,” tulis kutipan tersebut dalam bagian akhir, yang turut disertai emoji api dan secangkir teh dan simbol semangat dan ketenangan.
Salah satu psikolog asal Indonesia menyebut bahwa narasi seperti ini penting untuk memperkuat daya resiliensi anak muda.
“Di tengah tekanan untuk selalu tampil sukses, kita perlu ruang untuk mengapresiasi proses. Terkadang yang paling membentuk diri justru adalah kegagalan atau ketidakpastian,” ujarnya dikutip pada Minggu, 13 Juli 2025.
Unggahan ini juga memunculkan diskusi lebih luas tentang pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri dalam menjalani hidup. Tak sedikit yang mengaitkannya dengan prinsip mindfulness atau hidup dengan kesadaran penuh terhadap setiap langkah dan keputusan.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang terus bergerak cepat, makna terdalam dari pendewasaan justru terletak pada keberanian untuk berhenti sejenak, menghadapi diri sendiri, dan belajar dari proses, bukan hanya dari hasil akhir. (*)
