SUMENEP, lensamadura.com – Dinas Pendidikan Sumenep, melalui bidang guru dan tenaga kependidikan (GTK) sukses menggelar pelatihan penulisan buku non fiksi bagi guru ASN jenjang TK/SMP di Hotel Azmi Sumenep, Senin, 30 September 2024.
Kabid GTK Disdik Sumenep, Akhmad Fairusi mengatakan, elatihan penulisan buku non fiksi bagi guru ASN tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen dinas untuk meningkatkan kompetensi literasi guru.
“Guru bisa merenungkan pengalaman dan berbagi pengetahuan yang dimiliki melalui karya tulisan. Peningkatan kemampuan menulis guru itu memiliki signifikan dan kepentingan yang besar dalam konteks pendidikan,” kata Akhamd Fairusi.
Ia mengatakan, sebagai pihak yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran penting dalam membentuk kemampuan menulis untuk peserta anak didik di lingkungan sekolah. Tentunya kemampuan menulis seorang guru tidak hanya mencakup kejelasan penyampaian materi tulisan.
“Namun juga harus melibatkan kemampuan untuk memberikan kemampuan untuk memberikan inspirasi, motivasi dan panduan kepada peserta didik dalam mengembangkan keterampilan menulis mereka sendiri. Selain itu menulis dianggap sebagai cara untuk mengekspresikan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan melalui lambang kebahasaan,” paparnya.
Diyakini atau tidak, kata Akhmad Fairusi, guru dengan keterampilan menulis yang baik dapat menciptakan materi belajar yang menarik dan informatif serta akan memudahkan peserta didik untuk memahami dan meresapi isi pelajaran.
“Jadi dalam pelatihan penulisan Buku Non Fiksi ini guru itu diharapkan harus mampu merancang tugas-tugas kreatif dan lebih bermakna mendorong peserta didik untuk lebih berpikir kritis dalam menyampaikan ide-ide yang efektif,” jelas Fairus, sapaannya.
Fairus melanjutkan, budaya dan kebiasaan menulis itu menjadi bagian integral dari tugas seorang guru, baik sebelum, selama ataupun setelah proses pembelajaran, peningkatan kemampuan menulis guru harus bermanfaat dalam pengembangan pembelajaran serta dalam meningkatkan karir, jabatan, dan profesionalisme.
“Disamping itu guru yang mahir dalam menulis harus dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendalam kepada peserta didik dalam membantu mereka terus meningkatkan keterampilan menulis dan menjadi teladan yang positif bagi peserta didik,” kata Fairus.
Untuk itu Fairus menegaskan bahwa menulis bukan hanya keterampilan yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan karir, tetapi juga memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk merasa lebih termotivasi dalam mengembangkan kemampuan menulis seorang guru.
“Peningkatan kemampuan menulis seorang guru juga dapat mendukung partisipasi mereka dalam penelitian, penulisan buku atau artikel, serta berbagi pengetahuan dengan komunitas pendidikan secara luas pada umumnya,” jelasnya.
Dengan demikian pihaknya menyatakan bahwa peningkatan kemampuan menulis guru menjadi suatu investasi krusial dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh, mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih berkualitas serta membantu mengembangkan kemampuan komunikasi, kritis.
“Dan juga tentunya dengan ide-ide yang esensial di dalam rangka mensukseskan mereka dalam lingkungan yang terus menerus berubah setiap waktu dan komplek ini didalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah dan sekitarnya,” terangnya.
Fairus juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada guru yang telah mengikuti kegiatan pelatihan buku non fiksi yang digelar Disdik Sumenep selama dua hari sejak tanggal 30 September hingga 1 Oktober 2024.
“Semoga ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelatihan ini dapat diimplementasikan dengan baik di sekolah masing-masing demi kemajuan pendidikan dan komitmen gerakan literasi di Kabupaten Sumenep,” tandasnya. (jn/mr)