Lifestyle

Apa yang Sebenarnya Dicari Manusia di Bumi

Setiap hari manusia menjalani rutinitas: bangun, bekerja, berinteraksi, lalu tidur. Di balik pola yang berulang itu, tersimpan pertanyaan yang tak lekang oleh waktu: apa sebenarnya yang manusia cari di bumi ini?

Secara biologis, manusia berjuang untuk bertahan hidup. Mereka membutuhkan makanan, tempat tinggal, dan rasa aman. Dorongan dasar ini menjadi fondasi dari sistem sosial dan ekonomi yang kompleks.

Namun setelah kebutuhan dasar terpenuhi, pencarian manusia bergeser. Banyak orang berusaha mencapai kenyamanan dan kebahagiaan, meski keduanya tidak selalu sejalan.

Penelitian oleh University of Pennsylvania dan Princeton University menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan memang berhubungan dengan tingkat kebahagiaan, tetapi hanya sampai titik tertentu. Setelah itu, faktor psikologis dan sosial lebih berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang.

Ketika kenyamanan tidak lagi cukup, manusia mulai mencari makna dan tujuan hidup. Psikolog Viktor E. Frankl, dalam bukunya Man’s Search for Meaning, menulis bahwa kebutuhan utama manusia bukan kesenangan atau kekuasaan, melainkan makna. Tanpa makna, hidup mudah terasa hampa, betapapun suksesnya seseorang secara materi.

Di era digital, pencarian makna sering bergeser menjadi pencarian pengakuan. Media sosial menjadikan validasi publik sebagai ukuran keberhasilan baru. Jumlah pengikut dan tanda suka dianggap cermin nilai diri. Namun psikolog mencatat, ketergantungan pada pengakuan eksternal justru meningkatkan kecemasan dan rasa tidak puas.

Sebagian orang kemudian beralih ke arah lain: ketenangan batin. Mereka menekuni spiritualitas, meditasi, atau kegiatan sosial. Fokusnya bukan lagi mengejar lebih banyak, tetapi merasa cukup dan seimbang.

Pada akhirnya, apa yang manusia cari di bumi bukan satu hal tunggal. Ada yang mencari kebahagiaan, ada yang mencari cinta, ada yang mencari arti. Namun di balik semua bentuk pencarian itu, tujuannya sama: manusia ingin hidupnya berarti, bagi dirinya sendiri dan bagi dunia tempat ia berpijak. (*)

(Artikel dibuat menggunakan teknologi Open AI)

Related Articles

Back to top button