PAMEKASAN, lensamadura.com – Grand Final Lomba Musik Daul se-Madura yang diselenggarakan CV Jawara Internasional Djaya (JID) selesai digelar pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Grand final memperebutkan juara 1,2,3 dan harapan 1, 2 dan 3 tersebut berlangsung meriah. 6 (enam) finalis menampilkan karya musik daulnya masing-masing.
Adapun ada 6 (enam) finalis grup musik daul tersebut yakni Sekar Kedaton, Pangeran Ghirpapas, Terak Bulan, Churalo, Mega Remmeng, dan Aktor Muda.
Meski demikian, Pelatih Mega Remmeng, Seiry, mengeluarkan protes terhadap pelaksanaan grand final lomba musik daul itu.
Pasalnya, Seiry menduga terdapat kejanggalan berupa keperpihakan pada satu kontestan dalam penentuan juara Lomba Musik Daul se-Madura yang diselenggarakan CV Jawara Internasional Djaya (JID). Pihaknya mengaku sudah dua kali kecewa atas keputusan dewan juri.
“Saya sudah puluhan tahun terjun di dunia musik daul. Saya baca dari segi penyajian, aransemen, kreativitas dan irama, Mega Remmeng unggul dari kelima grup yang tampil,” kata Seiry, Minggu, 26 Mei 2024.
Seiry pun mengaku hanya bisa pasrah atas keputusan dewan juri yang ditentukan CV JID untuk memberikan penilaian atas lomba musik daul yang digelar.
“Ya mau gimana lagi, kita sudah berupaya menampilkan yang terbaik setiap mengikuti lomba, dan ini sudah kedua kalinya kita didzalimi ikut lomba di Pamekasan,” jelasnya.
Sebelumnya, lanjut dia, Mega Remmeng juga sempat tampil pada ajang lomba musik daul yang diselenggarakan di Bumdes Laden, Pamekasan. Pada kesempatan itu, Mega Remmeng juga keluar sebagai juara ketiga.
“Sekarang ini di CV Jawara juga sama. Kapok kita ikut lomba di Pamekasan. Ini mungkin sudah terakhir kalinya kita ikut lomba di Pamekasan,” tegas Seiry, kesal.
“Apalagi kejanggalan tersebut juga diakui oleh panitia dengan permohonan maaf saat hendak pulang,” imbuhnya.
Sejumlah kejanggalan lain juga ia temukan saat membuka akun youtube resmi KUS PROJECT. Content creator akun tersebut menurutnya memang sengaja tidak mempublikasikan penampilan grup Mega Remmeng.
“Saya kroscek di akun youtube itu, tidak ada penampilan Mega Remmeng pada malam Grand Final. Kalau yang lain, baik juara satu, dua dan mereka yang masuk sebagai juara harapan, semuanya saya lihat ada,” tutur Seiry.
Tidak dipostingnya penampilan Mega Remmeng di akun youtube resmi tersebut menurutnya cukup menguatkan bukti bahwa panitia bersama dewan juri memang sengaja merencanakannya, lantaran tidak ingin ada penilaian lain dari pelaku seni yang ada di Madura maupun luar daerah.
Hingga berita ini terbit, media ini belum bisa melakukan konfirmasi lebih lanjut kepada pihak panitia dan dewan juri maupun pengelola akun youtube Kus Project.
Perlu diketahui, Mega Remmeng adalah grup musik daul yang berasal dari Desa Legung Timur, Kecamatan Batang-batang, Sumenep. Grup ini terkenal dengan ikon Kuda Terbang atau biasa disebut grup daul “Arya Kuda Panole”.
Sejak tahun 2007, grup Mega Remmeng kerap kali menjuarai lomba musik daul, baik di tingkat lokal maupun nasional. Karya musik tradisional khas grup daul Mega Remmeng hingga saat ini kian melegenda di hati masyarakat Madura. (don/red)