SUMENEP, LensaMadura.com – Memasuki pertengahan Juli, aktivitas pertanian di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, masih tampak lengang. Hamparan tegalan yang biasanya mulai dipenuhi para petani tembakau, tahun ini masih menunggu giliran untuk digarap.
Menurut M. Faizi, salah satu warga setempat, hal ini bukan disebabkan oleh anomali cuaca atau kendala teknis lainnya. Melainkan karena pola tanam yang memang khas Bragung.
“Di sini, mayoritas petani memilih menanam padi dua kali dalam setahun, atau yang biasa disebut nole’en. Akibatnya, jadwal tanam tembakau mundur secara alami,” ujarnya kepada LensaMadura.com pada Minggu, 13 Juli 2025.
Petani progresif itu mengatakan, proses awal tanam tembakau, yakni matar atau penyemaian bibit baru akan dimulai pertengahan bulan ini. Dengan begitu, bibit baru akan siap dipindah sekitar 20 hari kemudian, atau memasuki awal Agustus. Pada periode tersebut, petani memasuki masa cokla’an, tahap persiapan lahan sebelum tanam utama dilakukan.
“Ini sudah jadi semacam siklus tahunan. Kami memang agak lambat dibanding desa lain, tapi itulah pola yang paling cocok dengan kondisi tanah dan kebiasaan masyarakat,” jelas Faizi.
Meski jadwal tanam lebih mundur, para petani tetap optimistis menghadapi musim tembakau tahun ini.
“Semoga saja musim bersahabat, dan segala keberuntungan berpihak kepada petani tembakau,” harapnya. (*)



