Opini

Menulis Berita dari Kamar Mandi

168
×

Menulis Berita dari Kamar Mandi

Sebarkan artikel ini
Sebatas ilustrasi. LENSAMADURA/Open AI

LENSAMADURA.COM – Ada yang bilang, ide terbaik datang saat sedang ngopi sambil diskusi. Tapi bagi sebagian orang, mungkin inspirasi tertajam justru muncul di tempat paling pribadi dan aromatik: kamar mandi. Sunyi, tenang, dan bisa dibilang sangat reflektif.

Di ruang sekecil itu, dunia luar bisa masuk dan menerobos pikiran. Dering ponsel, rapat zoom, ricik air, dan kadang-kadang diri sendiri yang sedang berdialog dengan krisis eksistensialisme.

Namun, mungkin ada pula yang memanfaatkan momen ini untuk hal yang lebih produktif. Misal menulis berita.

Ya, berita. Di balik dinding keramik dan aroma sabun cair, jurnalisme ternyata tetap berjalan. Mungkin bukan berita besar yang mengubah dunia, tapi siapa tau, headline besok pagi ditulis sambil jongkok (?).

Zaman sekarang, siapa pun bisa jadi wartawan. Tak perlu ruang redaksi, cukup Wi-Fi dan kloset duduk. Berita banjir bisa ditulis sambil mendengar bunyi flush. Artikel politik lahir saat air mengalir membasuh kaki kiri.

Bahkan kolom opini tentang moral bangsa mungkin ditulis sambil menekan tisu gulung. Dan jangan remehkan penulisnya, mereka multitasking level dewa.

Sementara ruang redaksi konvensional sibuk memburu akurasi dan narasumber kredibel. Dari dalam kamar mandi muncul berita dengan narasi penuh drama, berdasarkan status WhatsApp tetangga.

Kadang tak jelas mana fakta, mana fiksi, mana opini, mana mana. Tapi yang penting viral. Di zaman algoritma, kebenaran adalah soal siapa yang pertama menulis, bukan siapa yang paling tau.

Menulis berita dari kamar mandi menjadi satu gambaran kecil terkait realitas media digital hari ini: cepat, impulsif, dan terkadang agak bau.

Tapi begitulah zaman, tak ada ruang paling suci untuk dilewati kabar terbaru. Bahkan di antara bunyi keran dan denting ember, narasi bangsa masih ditulis dan diagung-agungkan.

Di era serba mainstream, toilet bukan sekadar tempat buang air, tapi juga tempat buang pikiran melalui jendela linimasa. Tabik. (*)