Prosesnya Menuju Senayan Penuh Perjuangan, Ning Lia: Amanah Itu Berat

Foto. Dr Lia Istifhama, Senator DPD RI Jawa Timur

JATIM, LensaMadura.Com Hitungan hari, finalisasi perolehan suara calon DPD RI Jatim akan berakhir. Tentu, setelah rangkaian sidang pleno tingkat KPU kabupaten/kota se Jawa Timur, maka rekapitulasi suara akan berakhir di tingkat KPU Propinsi.

Tahapan ini tentu menjadi atensi khusus bagi para calon senator, terutama yang memiliki potensi kuat lolos senayan.

Dr. Lia Istifhama, salah satu calon DPD yang hingga kini masih masuk 4 besar sesuai real count sementara Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI).

Ning Lia, sapaan akrab keponakan Khofifah tersebut menjelaskan keyakinannya bahwa jerih payah saksi mengawal suara, akan mengantarkan pada kemenangan.

“Saya sebagai muslim, meyakini bahwa jerih payah saksi mengawal suara sampai larut malam setiap hari, InsyaAllah mengantar pada kemenangan. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan saya mengikuti sendiri pergeseran jumlah suara yang semula, mohon maaf, banyak ketidaksinkronan, kini sudah sesuai.”Imbuhnya Perempuan Inovatif asal Jatim melalui keterangan Rilis yang diterima media LensaMadura, Jumat 1/3/2024.

Doktoral UINSA tersebut menjelaskan bahwa dirinya terlibat langsung proses pengawalan suara.

“Kebetulan saya mengikuti sendiri. Membuka sendiri link sirekap, dan menemukan langsung ketidaksinkronan. Bervarian sekali, ada yang jumlah batang atau bar hanya satu, ditulis dua. Jadi harus melototin banget form c1. Ada yang jumlah suara 24, tapi kotak X yang menandakan angka 0, ditulis dua, ditulis 8, itu masih di form C1.”

Di inputan yang nampak dari sirekap, justru lebih wow sekali. Bahwa foto form c1 hanya 16, namun dalam data yang terinput, 826. Hal-hal seperti ini memang ada dan saya tahu sendiri karena kebetulan suara yang cenderung digemukkan, tidak jauh dari nomer urut saya. Jadi kalau saya lihat kevalidan suara saya, mau tidak mau terlihat suara si ini.

Baca Juga :  Fahira Idris Dukung LaNyalla Pimpin Kembali DPD RI, Ini Alasannya

Ning Lia menambahkan, bahwa suaranya pun ada yang berkurang, namun berkat usaha keras dirinya dan tim saksi, ketidaksinkronan sudah mendekati benar.

Sekian minggu kami fokus mengecek mana yang tidak sinkron, dan menyampaikan dari tingkat PPK hingga kabupaten kota, ya Alhamdulillah akhirnya sinkron semua.

Disini, saya tidak menyalahkan siapapun, namun saya ingin menjadikan ini semua edukasi. Bahwa suara pemilih adalah marwah demokrasi, mohon sama-sama kita jaga.”Tambahnya.

Terkait modus penggelembungan salah satu calon yang diketahuinya secara langsung, ning Lia pun menjawab bijak.

“Indikasi penggelembungan melalui perubahan jumlah di form c1 yang tidak sesuai jumlah bar maupun jumlah inputan sirekap yang tidak sesuai C1, saya kira sudah klir tidak berhasil dan sudah dibenahin semua. Jadi tidak ada masalah, saya pun tidak mau men judge si A si B curang, melainkan cukup tahu, itu saja. Cukup ini semua sebagai edukasi, bahwa memang ada saja kejutan di politik,” ujarnya seraya tersenyum.

Saya hanya ingin berpesan, mohon semua pihak jika diberi amanah mengemban sebuah tugas, sama-sama menjunjung kejujuran. Karena bisa jadi, ketidakjujuran itulah yang akhirnya merepotkan banyak orang, minimal sesama koleganya yang akhirnya terketuk hati mengecek lagi dan lagi. Kasihan yang jujur,” imbuhnya.

Perempuan yang disebut-sebut memiliki paras cantik alami dan digadang-gadang sebagai srikandi NU oleh para kaum adam tersebut, menjelaskan komitmennya menjadi senator yang membawa nuansa politik adem.

“InsyaAllah, saya tidak meninggalkan kebencian jika ada pola-pola main belakang dalam politik. Namun, saya memang bukan tipe yang bisa diam jika ada kecurangan. Saya perjuangkan dulu apa yang bagi saya hak pemilih. Jika sudah berhasil, ya sudah. Saya tinggal merangkul siapapun yang jadi partner jika sama-sama lolos ke senayan. Saya kira di era keterbukaan informasi, jika seseorang bijak, pasti ia belajar mengambil hikmah.”Pungkasnya

Pasti saya menjaga terbentuknya politik adem, aman damai tentrem. Tapi hal ini tentu tidak bisa saya lakukan sendiri, melainkan dari banyak pihak juga harus mendukung hal tersebut. Tidak perlu-lah menggunakan buzzer-buzzer hanya membuat framing publik.

Baca Juga :  Berkah Ramadhan, Pemdes Alas Malang Laksanakan Bagi-Bagi Takjil

Toh nanti ketahuan juga belangnya. Daripada melakukan hal yang sia-sia, lebih baik lakukan realita kebaikan saja.

Di akhir, aktivis yang dikenal sebagai motivator dan novelis tersebut, juga menyinggung beratnya Amanah.

“Politik jangan sampai sebatas mencari sebuah jabatan atau posisi, tapi saya kira amanah itu berat. Dipercaya masyarakat, itu bukan sebuah prestise, melainkan justru itulah perjuangan sesungguhnya. Saya disini semakin menyadari itu, ketika saya alami kejutan dalam pemilu 2024 ini. Dan saya yakin, ini bentuk Allah SWT menunjukkan pada saya agar saya selalu jujur dan tetap fighter menunjukkan pada pemilih, bahwa saya punya komitmen dan idealisme.

InsyaAllah proses saya menuju senayan, adalah perjuangan yang asli perjuangan. Ini bukan soal jabatan atau kewenangan belaka, tapi ini soal suara hati pemilih. Dan saya Insya Allah tak ada lain selain ingin memberikan kado terindah untuk mereka. Insya Allah tidak terbersit pikiran saya untuk mendustai mereka dengan melakukan rekayasa apapun.”Paparny.

Secara lugas, pemilik postur tinggi semampai tersebut berulang kali disebut warga, lebih cantik dari foto surat suara.

Ada aja yang bilang cantikan aslinya. Tapi saya sih berpikir enggak kok. Ini bukan soal cantik asli atau cantik foto. Tapi ini soal apa makna cantik sesungguhnya. Yaitu sebuah keramahan, kejujuran, keaslian dalam bersikap, kesederhanaan, itu lah potret cantik yang asli. Inner beauty yang asli. Apalagi jika bisa berbicara dengan menunjukkan kecerdasan, ketegasan, dan keteguhan berprinsip, maka akan semakin kuat pesona cantiknya.”

“Sejauh ini, saya bersyukur banyak mengisi seminar dengan mengajak adek-adek untuk fokus karya, jangan fokus mikir fisik. Tidak mudah lho, mengajak orang berpikir menghargai karya, jadi ayolah jangan dirusak dengan membangga-banggakan beauty privilege. Toh, cantik itu fisik itu tidak ada habisnya. Apalagi di Jatim, bu Arumi Bachsin, cantiknya kayak gimana. Tapi beliau humble dan tidak menjadikan cantiknya sebagai value diri. Nah, itu yang perlu kita teladani.”

“Tidak ada kan, beliau menunjukkan, terimakasih ya sudah memilih pak Emil karena punya istri cantik seperti saya?,” jelas Ning Lia tertawa renyah.

Baca Juga :  Pasar Pusat Belanja Masyarakat Pulau Sapudi Alami Kebakaran, Sejumlah Toko Ludes

Tak heran, kalimat tegas dari ibu yang ayu-nya awet muda tersebut sangat mungkin dipengaruhi dua sosok yang melekat padanya. Yaitu sosok Khofifah Indar Parawansa dan KH. Masykur Hasyim, mantan Komandan Banser Jatim yang dikenal sebagai singa podium.

Dapatkan Berita Terupdate dari Lensa Madura di: