Sumenep, LensaMadura.Com – Yayasan Pusat Studi Bung Karno (YPSBK) Madura menggelar focus group discussion (FGD) dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno, Senin (21/6/2021).
Acara yang bertema “Trisakti Bung Karno dan Kemajuan Desa” itu digelar di salah satu rumah makan di Kabupaten Sumenep, dengan menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah, Ketua KPU Sumenep A. Warits, Ketua Komisi I DPRD Sumenep Darul Hasyim Fath, Kepala DPMD Sumenep Moh. Ramli dan Wakabid Hukum dan HAM DPD KNPI Jawa Timur Nur Faizal.
Empat narasumber tersebut secara bergantian menyampaikan konsep Trisakti Bung Karno dalam kemajuan desa dengan perspektif yang berbeda. Diskusi semakin menarik karena disiarkan melalui media sosial berupa Instagram dan Facebook.
Publik juga antusias mengikuti jalannya diskusi meski melalui media sosial. Terbukti, banyak masyarakat menyampaikan sejumlah pertanyaan kepada narasumber, terutama mengenai korelasi Trisakti Bung Karno dengan desa.
Ketua Komisi I DPRD Sumenep, Darul Hasyim Fath menyampaikan, bicara soal Soekarno tidak bisa dipisahkan dengan sejarah kemerdekaan. Sejarah kemerdekaan bagi negara bernama Indonesia, sejarah kemerdekaan di negara-negara Afrika dan sejarah kemerdekaan di sebagian kecil negara di Asia.
“Soekarno adalah ilham dari kemerdekaan negara-negara kecil itu. Untuk itu, mengenag Bung Karno menjadi penuh hasanah,” ungkap Darul dalam diskusi tersebut.
Sementara korelasi Trisakti Bung Karno dengan desa, kata Darul ialah desa merupakan entitas politik yang tidak bisa ditinggalkan meskipun jauh dari keramaian kota. Desa tidak sekedar menjadi hunian bagi orang-orang terpinggir. Tapi, desa adalah tempat menitipkan cita-cita mensejahterakan seluruh warga negara Indonesia sebagaimana telah digariskan oleh Undang-undang Dasar.
“Tugas kita adalah membawa pesan kenegaraan yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di desa negara diuji, apakah negara telah tunai menunaikan kewajibannya mensejahterakan dan memakmurkan kepentingan negara,” tandas Politikus PDI Perjuangan ini.
Sementara, A. Warits mengungkapkan, generasi muda memiliki tugas menyampaikan ide serta cita-cita Bung Karno. Tugas itu, kata dia dengan menjadikan desa sebagai pembumian Pancasila serta menjadi jalan Trisakti-nya Bung Karno.
“Melalui desa kita bisa berdaulat secara politik, melalui desa kita bisa berdikari secara ekonomi, dan melalui desa kita bisa berkepribadian dalam kebudayaan,” katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Moh. Ramli mengutarakan, Bung Karno erat kaitannya dengan desa. Konsep Trisakti Bung Karno secara perlahan kini mulai diimplementasikan. Seperti halnya berdikari secara ekonomi.
Menurut dia, saat ini, di Kabupaten Sumenep, mulai banyak desa menggarap potensi-potensi yang dimiliki desa. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) hampir semua desa memiliki bidang usaha, seperti sektor pariwisata, peternakan, pertanian dan jenis usaha lainnya. Tujuannya, untuk meningkatkan perekonomian warga yang ada di desa.
“Ini yang saya kira konsep Trisakti Bung Karno dengan berdikari secara ekonomi,” ujar Ramli.
Sebagai penutup dalam diskusi itu, Nur Faizal menegaskan, Berbicara soal Trisakti Bung Karno tidak lepas dari cita-cita Bung Karno agar bangsa ini hidup mandiri. Bung Karno menginginkan bangsa Indonesia lepas dari segala bentuk penjajahan. Baik penjajahan secara politik, ekonomi maupun kebudayaan.
“Penjajahan saat ini tidak seperti penjajahan zaman dulu. Kalau dulu penjajah menguasi dengan cara beperang, tapi sekarang dengan bentuk lain. Bisa melalui politik, ekonomi dan bahkan kebudayaan,” ujarnya.
Untuk itu, Faizal berpesan agar generasi muda tidak terpengaruh dengan penjajahan gaya baru tersebut. Penjajahan dengan bentuk liberalisme dan kapitalisme.
“Dengan cara apa kita melawan bentuk penjajahan gaya baru itu. Yaitu dengan kita kembali ke desa. Kita bangun ekonomi dengan memanfaatkan pertanian yang ada di desa, kita bangun desa dengan semua potensi yang dimiliki. Karena desa adalah jalan bangsa menuju kemerdekaan yang seutuhnya,” tegasnya. (yan/red)