Kobung di Tengah Tatanan Global

Oleh: Jefri Ramadhan*

Kobung adalah bangunan tradisional yang biasa kita temui di daerah pedesaan Madura, bangunan unik ini ada di setiap kelompok pemukiman masyarakat Madura. Keberadaannya tak hanya berfungsi sebagai bangunan biasa, namun di balik itu kobung memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Madura, yang dikenal menjunjung tinggi nilai agama, kehormatan dan sopan santun.

Masyarakat Madura pada umumnya hidup dalam pola pemukiman yang berkelompok, antar kelompok biasanya terdiri dari beberapa rumah yang masih ada dalam satu halaman yang sama atau yang biasa dikenal dengan taneyan lanjang. Setiap taneyan (halaman rumah) dilengkapi dengan kobung yang posisinya berada di sebelah barat. Keberadaan kobung dianggap sangat penting bagi masyarakat Madura tempo dulu, dikarenakan fungsi dari bangunan tradional ini  memuat nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi, baik berupa nilai relijius, kekeluargaan dan lain-lain.

Baca Juga :  Agama Bukan Berdasar Pada Akal Logika

Kobung memiliki beberapa fungsi, di antaranya ialah sebagai tempat kegiatan ibadah keluarga. Biasanya kobung berada di sebelah barat taneyan dengan posisi menghadap ke timur dan ujungnya berada di arah barat seperti layaknya mesjid atau musalla. Bagi masyarakat Madura yang sangat menjunjung tinggi nilai islam, tak lazim jika ada kobung tidak menghadap ke arah timur. Sebab kobung ialah sebagai pusat kegiatan agama untuk keluarga seperti salat, membaca al-quran bahkan mensalati jenazah anggota keluarga yang sudah meninggal. Oleh karenanya harus sejajar dengan arah kiblat.

Selain mempunyai fungsi keagamaan, kobung juga difungsikan sebagai tempat menerima tamu. Masyarakat Madura tempo dulu jika bertamu haruslah bertempat di dalam kobung, karena jika langsung masuk ke rumah orang yang hendak ditemui, dianggap sebagai hal yang tidak sopan. Dengan adanya kobung orang yang bertamu bisa lebih memperhatikan tatakrama dan menghormati tuan rumah, serta hal privasi yang ada di dalam rumahnya. Selain itu juga untuk melindungi para anggota keluarga perempuan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian keberadaan kobung juga membentuk nilai kesopanan dan tatakrama.

Baca Juga :  Diduga Hendak Tawuran, Polsek Sumenep Amankan 12 Remaja

Tak hanya mewariskan nilai kesopanan dan tatakrama, kobung juga mewariskan nilai-nilai kebersamaan dan musyawarah, yaitu dengan salah satu fungsinya yang menjadi tempat berkumpulnya anggota keluarga, baik untuk beristirahat, bermain bahkan abak-rembak (berdiskusi) untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan fungsinya yang demikian, kobung mempererat tali keharmonisan antar anggota keluarga serta menguatkan solidaritas keluarga dalam kegiatan abak-rembak.

Seiring kemajuan zaman, kini keberadaan kobung yang memuat dan mewariskan nilai-nilai luhur mulai memudar tergerus oleh kemajuan. Dalam kondisi dimana dunia  yang  semakin  terintegrasi dengan  tatanan  global,  batas-batas  antara negara, daerah menjadi mencair akibat arus orang, barang, informasi, ide-ide, dan nilai-nilai  yang  semakin  lancar,  padat,  dan intensif.  [1] Hal itu menjadi penyebab terhambatnya pewarisan nilai-nilai luhur yang sudah berkembang di masyarakat dikarenakan masyarakatnya sendiri yang sudah melupakan kearifan lokal sebagai identitas dan jati dirinya.

Baca Juga :  Hasil dari Silaturahmi PWNU DIY ke Mbah Benu

Oleh karenanya kita sebagai generasi Madura selaku pemilik kebudayaan Madura haruslah mempelajari dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur dan kearifan lokal para leluhur kita, dengan mempertahankan identitas dan jati diri kita sebagai sebuah bangsa meskipun tengah berada di era kemajuan. Madura bisa menjadi maju dan berpengetahuan tanpa harus menanggalkan ke-madura-annya.

* Jefri Ramadhan, Pegiat literasi, pernah aktif di PMII STITA Sumenep.

1 Nor hasan, KOBUNG (Bangunan Tradisional Pewaris Nilai Masyarakat Madura Tempo Dulu), STAIN Pamekasan (2012) hal. 79

Dapatkan Berita Terupdate dari Lensa Madura di: