Counter Attack Politik

Ainul Anwar/Foto Istimewa

Oleh: Ainul Anwar*

Saya mengenal istilah counter attack (serangan balik) dari sepak bola. Kalau dalam hubungan lelaki-perempuan istilahnya woman on top.

Stop. Saya tak mau bahas lebih jauh tentang counter attack pria-wanita. Itu sudah menjadi wilayahnya Freddy S yang terkenal dengan bahasa menggelinjang-nya.

Saya akan fokus mengurai potensi counter attack dalam pertandingan politik di Kabupaten Sumenep. Khususnya pemilihan bupati dan wakil bupati.

Bicara politik dalam pilkada Sumenep, semua mata tertuju pada seorang figur, yaitu Achmad Fauzi. Diakui atau tidak, ia sulit ditandingi pada pilkada 2024 mendatang. Siapa pun wakilnya.

Yang menarik, saat ini isu yang muncul ke permukaan, ada beberapa nama yang ditawarkan ke publik untuk mendampingi Achmad Fauzi di Pilkada mendatang. Misalnya, Nur Fitriana Busyro (anggota Fraksi PKB DPRD Jatim dan istri mantan Bupati Sumenep KH A Busyro Karim) dan K Ali Fikri Warits (Ketua DPC PPP Sumenep dan pengasuh PP Annuqayah Guluk-guluk).

Baca Juga :  Tidak Ada Pasukan Khusus BIN Seperti Yang Diributkan

Munculnya banyak opsi terkait bakal calon wakil bupati dan tidak adanya figur calon bupati, menjadi salah satu bukti bahwa Achmad Fauzi telah mampu membuat keder calon lawannya.

Tapi Bupati Fauzi tidak boleh jemawa. Bahaya jika terlalu over confidence. Apalagi jika ia nonton film Tiongkok yang rilis 2021 berjudul Counter Attack. Film bergenre action yang disutradarai Vincent Zhao itu salah satu adegannya menceritakan tentang ‘strategi terbaik adalah menggunakan strategi musuh’.

Strategi itu yang berpotensi digunakan oleh calon lawan-lawan Achmad Fauzi di pilkada-pilkada berikutnya.

Sebagai ketua DPC PDIP Sumenep, Fauzi tentu masih ingat bahwa dua periode kepemimpinan Bupati A Busyro Karim, kader partai banteng selalu menjadi wakil bupati. Karena periode itu, PKB sebagai partai pengusung KH A Busyro Karim sulit ditumbangkan.

Baca Juga :  Menakut-nakuti PDI Perjuangan Sumenep

Strategi dua kali pilkada mendompleng PKB (2010-2015 dan 2015-2020), terbukti sukses mengantarkan Achmad Fauzi menjadi Bupati Sumenep 2020-2024. Taktik counter attack suami Nia Kurnia itu sukses menumbangkan PKB yang mencalonkan Fattah Jasin.

Maka istilah ‘setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya’ yang dipopulerkan Achmad Fauzi dalam buku karyanya, bisa menjadi senjata makan tuan jika ia tidak menggunakan strategi parkir bus atau taktik mengganti gelandang serang dan striker.

Puncak counter attack kemungkinan tidak akan terjadi pada babak pertama, yaitu di pilkada Sumenep 2024 mendatang. Karena di momen itu Achmad Fauzi masih di tim Liverpool, sementara lawannya hanya Persebaya dan PSS Sleman.

Baca Juga :  Eksistensi PMII Masa Kini, Patut Dikritik Atau Dibenahi

Serangan balik frontal untuk Liverpool baru akan terjadi pada babak kedua; pilkada 2029. Meskipun The Reds mendatangkan pemain bintang, tapi pemain baru akan sulit beradaptasi.

Maka, jika target Achmad Fauzi hanya menjuarai pilkada 2024, tentu pilihan K Ali Fikri atau Nurfitriyana Busyro sebagai calon wakil bupati adalah pilihan yang sangat tepat.

Tapi jika planingnya jangka panjang, sebagai ketua DPC PDIP Sumenep, Fauzi tentu harus pikir-pikir lagi untuk bersanding dengan Kiai Eppi’ atau Bunda Fitri. Karena bisa jadi strategi counter attack akan dibalas counter attack di Liga 2029.

Dalam politik, diserang dari belakang tentu sangat menyakitkan. Beda dengan pertarungan di ranjang. Jika diserang dari belakang (doggy style) sangat memuaskan.

*Penulis adalah wartawan media cetak, tinggal di Sumenep

Dapatkan Berita Terupdate dari Lensa Madura di: