Kobung di Tengah Tatanan Global

- Penulis

Minggu, 7 November 2021 - 14:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Jefri Ramadhan*

Kobung adalah bangunan tradisional yang biasa kita temui di daerah pedesaan Madura, bangunan unik ini ada di setiap kelompok pemukiman masyarakat Madura. Keberadaannya tak hanya berfungsi sebagai bangunan biasa, namun di balik itu kobung memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Madura, yang dikenal menjunjung tinggi nilai agama, kehormatan dan sopan santun.

Masyarakat Madura pada umumnya hidup dalam pola pemukiman yang berkelompok, antar kelompok biasanya terdiri dari beberapa rumah yang masih ada dalam satu halaman yang sama atau yang biasa dikenal dengan taneyan lanjang. Setiap taneyan (halaman rumah) dilengkapi dengan kobung yang posisinya berada di sebelah barat. Keberadaan kobung dianggap sangat penting bagi masyarakat Madura tempo dulu, dikarenakan fungsi dari bangunan tradional ini  memuat nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi, baik berupa nilai relijius, kekeluargaan dan lain-lain.

Baca Juga :  Dampak Akibat Penyimpangan LGBT

Kobung memiliki beberapa fungsi, di antaranya ialah sebagai tempat kegiatan ibadah keluarga. Biasanya kobung berada di sebelah barat taneyan dengan posisi menghadap ke timur dan ujungnya berada di arah barat seperti layaknya mesjid atau musalla. Bagi masyarakat Madura yang sangat menjunjung tinggi nilai islam, tak lazim jika ada kobung tidak menghadap ke arah timur. Sebab kobung ialah sebagai pusat kegiatan agama untuk keluarga seperti salat, membaca al-quran bahkan mensalati jenazah anggota keluarga yang sudah meninggal. Oleh karenanya harus sejajar dengan arah kiblat.

Selain mempunyai fungsi keagamaan, kobung juga difungsikan sebagai tempat menerima tamu. Masyarakat Madura tempo dulu jika bertamu haruslah bertempat di dalam kobung, karena jika langsung masuk ke rumah orang yang hendak ditemui, dianggap sebagai hal yang tidak sopan. Dengan adanya kobung orang yang bertamu bisa lebih memperhatikan tatakrama dan menghormati tuan rumah, serta hal privasi yang ada di dalam rumahnya. Selain itu juga untuk melindungi para anggota keluarga perempuan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian keberadaan kobung juga membentuk nilai kesopanan dan tatakrama.

Baca Juga :  Baca Ini Agar Kita Bisa Menghindari Perdebatan di Media Sosial

Tak hanya mewariskan nilai kesopanan dan tatakrama, kobung juga mewariskan nilai-nilai kebersamaan dan musyawarah, yaitu dengan salah satu fungsinya yang menjadi tempat berkumpulnya anggota keluarga, baik untuk beristirahat, bermain bahkan abak-rembak (berdiskusi) untuk memecahkan suatu permasalahan. Dengan fungsinya yang demikian, kobung mempererat tali keharmonisan antar anggota keluarga serta menguatkan solidaritas keluarga dalam kegiatan abak-rembak.

Seiring kemajuan zaman, kini keberadaan kobung yang memuat dan mewariskan nilai-nilai luhur mulai memudar tergerus oleh kemajuan. Dalam kondisi dimana dunia  yang  semakin  terintegrasi dengan  tatanan  global,  batas-batas  antara negara, daerah menjadi mencair akibat arus orang, barang, informasi, ide-ide, dan nilai-nilai  yang  semakin  lancar,  padat,  dan intensif.  [1] Hal itu menjadi penyebab terhambatnya pewarisan nilai-nilai luhur yang sudah berkembang di masyarakat dikarenakan masyarakatnya sendiri yang sudah melupakan kearifan lokal sebagai identitas dan jati dirinya.

Baca Juga :  Agama Bukan Berdasar Pada Akal Logika

Oleh karenanya kita sebagai generasi Madura selaku pemilik kebudayaan Madura haruslah mempelajari dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur dan kearifan lokal para leluhur kita, dengan mempertahankan identitas dan jati diri kita sebagai sebuah bangsa meskipun tengah berada di era kemajuan. Madura bisa menjadi maju dan berpengetahuan tanpa harus menanggalkan ke-madura-annya.

* Jefri Ramadhan, Pegiat literasi, pernah aktif di PMII STITA Sumenep.

1 Nor hasan, KOBUNG (Bangunan Tradisional Pewaris Nilai Masyarakat Madura Tempo Dulu), STAIN Pamekasan (2012) hal. 79

Berita Terkait

Ramadhan Bulan Istimewa, Ibadah Puasa Momen Menjaga Amarah
Dampak Akibat Penyimpangan LGBT
Baca Ini Agar Kita Bisa Menghindari Perdebatan di Media Sosial
Agama Bukan Berdasar Pada Akal Logika
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 31 Mei 2023 - 23:28 WIB

Ini Tahapan Seleksi Beasiswa PBNU-Maroko 2023, Catat Tanggalnya!

Sabtu, 27 Mei 2023 - 11:44 WIB

Tokoh Hindu Ajak Anak Muda Cintai Indonesia melalui Implementasi Nilai Pancasila

Kamis, 25 Mei 2023 - 15:17 WIB

Fakta Menarik Tegar Aditya, Pria Asal Banyuwangi yang Sukses Capai Financial Freedom di Usia Muda

Kamis, 4 Mei 2023 - 22:00 WIB

KONI Jatim Lepas 81 Atlet Berlaga di SEA Games XXXII Kamboja

Minggu, 30 April 2023 - 22:00 WIB

Bapel Puslatda KONI Jatim Gelar Tes Fisik Kedua

Minggu, 23 April 2023 - 05:00 WIB

Lebaran, Pangdam V/ Brawijaya Kunjungi Anggota yang Sakit

Rabu, 12 April 2023 - 21:00 WIB

Kemenhub Gelar Apel Pasukan Pengamanan Angkutan Laut untuk Lebaran 2023

Senin, 10 April 2023 - 23:00 WIB

Ditjen Hubla Pastikan Pasokan Logistik Lancar selama Libur Lebaran

Berita Terbaru

Sarjana (lensamadura.com/istimewa)

Pendidikan

Kenapa Kamu Harus Kuliah? Ini Dia Manfaatnya

Selasa, 30 Mei 2023 - 07:00 WIB